Wednesday, March 24, 2010

Emosi

 

EMOSI

1.    Emosi Pada Masa Bayi.
a.      kemarahan
perangsang yang lazim membangkitkan kemarahan bayi adalah campur tangan terhadap gerakan-gerakan mencoba-coba, menghalangi keinginannya, tidak mengizinkannya mengerti sendiri, dan tidak memperkenankannya melakukan apa yang dia inginkan. lazimnya tanggapan marah mengambil bentuk menjerit, meronta-ronta, menendangkan kaki,
mengibaskan tangan, dan memukul atau menendang apa saja yang ada didekatnya. pada tahun kedua bayi juga dapat melonjak-lonjak, berguling-guling , meronta-ronta dan menahan nafas.
b.      ketakutan
perangsang yang paling mungkin membangkitkan ketakutan bayi adalah suara keras; orang , barang dan situasi asing; ruang gelap; tempat tinggi dan binatang. perangsang yang terjadi tiba-tiba atau tidak terduga atau yang tidak lazim bagi bayi biasanya membangkitkan rasa takut juga. tanggapan rasa takut yang lazim pada masa bayi terdiri dari upaya menjauhkan diri dari perangsang yang menakutkan dengan merengek, menangis dan menahan nafas.
c.      Rasa Ingin Tahu
setiap mainan atau barang baru dan tidak biasa adalah perangsang untuk keingintahuan , kecuali jika kebaruan itu begitu tegas sehingga menimbulkan ketakutan . bila rasa takut berkurang, ia akan digantikan oleh rasa ingin tahu . bayi mudah mengungkapka rasa ingin tahunya terutama melalui ekspresi wajah-menegangkan otot muka, membuka mulut, dan menjulurkan lida, kemudian bayi akan menangkap barang yang membangkitkan rasa ingin tahunya tersebut, memegang, membolak balik, melempar atau memasukannya kedalam mulut.
d.      Kegembiraan
kegembiraan dirangsang oleh kesenangan fisik, pada bulan kedua atau ketiga, bayi bereaksi pada orang yang mengajaknya berbicara , menggelitik, mengamati dan memperhatikannya. mereka mengungkapkan rasa senang atau kegembiraannya dengan tersenyum, tertawa, dan menggerakan tangan serta kakinya. bila rasa senang sanagt besar , bayi berdekut , bergeduk, atau bahkan berteriak dengan gembira, dan semua gerakan tubuh menjadi makin intensif .
e.      Afeksi
setiap orang yang mengajak bayi bermain, mengurus kebutuhan jasmaninya , atau memperlihatkan afeksi akan merupakan perangsang untuk afeksi mereka. kemudian mainan dan hewan kesayangan keluarga mungkin juga menjadi objek cinta bagi mereka. umumnya , bayi mengungkapkan efeksinya dengan memeluk, menepuk, dan mencium barang atau orang yang dicintai.

2.    Emosi Pada Masa Kanak-Kanak.
a.      Amarah
penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan dan serang yang hebat dari anak lain. anak yang mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditantai dengan menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat-lompat atau memukul.
b.      Takut
pembiasaan , peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenagkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut, seperti cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio dan televise dan filem-filem dengan  unsur yang menakutkan. pada mulanya reaksi anak terhadap rasa takut adalah panik; kemudian menjadi lebih khusus, seperti lari, menghindar , dan bersembunyi, menangis, dan menghindari situasi yang menakutkan.
c.      Cemburu
anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang tua beralih kepada orang lain di dalam keuarga, biasanya adik yang baru lahir, anak yang lebih muda dapat mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka atau menunjukannya dengan kembali berprilaku seperti anak kecil , seperti mengompol, pura-pura sakit atau menjadi nakal. prilaku ini semua bertujuan untuk menarik perhatian.
d.      Ingin Tahu
anak mempunayi rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya , juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan sensomotorik; kemudian sebagai akibat dari tekanan social dan hukuman, ia bereasi dengan bertanya.
e.      Iri Hati
anak-anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain. iri hai ini diungkapkan dengan bermacam-macam cara, yang paling umum adalah mengeluh tentang barangnya sendiri , dengan mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang seperti dimiliki orang lain, atau dengan mengambil benda-benda yang menimbulkan iri hati.
f.        Gembira
anak anak merasa gembira karena sehat, situasi, yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, bencana yang ringan, membohongi orang lain dan berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit. anak anak mengungkapkan kegembiraannya denagn tersenyum dan tertawa, bertepuk tanggan, melompat lompat atau memeluk benda atau oaring yang membuatnya gembira.
g.      Sedih
anak anak merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu yang dicintainya atau yang dianggap penting oleh dirinya , apakah itu barang, binatang atau benda mati seperti mainan. secara khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan dengan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya, termasuk makan.
h.      Kasih Sayang
anak-anak belajar mencintai orang , bianatang, atau benda yang menyenagkannya. ia mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar tetapi ketika masih kecil anak menyatakannya secara fisik dengan memeluk , menepuk, dan mencium objek kasih sayangnya.

3.    Emosi Pada Masa Remaja.
secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “Badai dan Tekanan”, suatu masa dimana ketagangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. pertumbuhan pada tahun-tahun awal masa puber terus berlangsung tetapi berjalan agak lambat. pertumbuhan yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa puber. oleh karena itu, perlu dicari keterangan lain yang menjelaskan ketegangan emosi yang sangat khas pada usia ini.
penjelasa diperoleh dari kondisi social yang mengelilingi remaja masa kini. adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan social dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan keadaan itu.
tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidak stabilan dari waktu-kewaktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola prilaku baru dan harapan social yang baru. misalnya, masalah yang berhubungan dengan percintaan merupakan masalah yang pelik pada periode ini. bila kisah cinta berjalan lancar, remaja merasa bahagia, tetapi mereka menjadi sedih bila mana percintaan mereka kurang lancar. demikian pula, menjelang berakhirnya masa sekolah para remaja mulai mengkhawatirkan masa depan mereka.
meskipun emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali dan tampaknya irasional, tetapi pada umumnya dari tahun ketahun terjadi perbaikan prilaku emosional. menurut Gosell dan kawan kawan, remaja empat belas tahun seringkali mudah marah, mudah dirangsang, dan emosinya cenderung “meledak”, tidak berusaha mengendalikan perasaannya. sebaliknya remaja enam belas tahun mengatakan bahwa mereka “tidak punya keprihatinan”, jadi adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja.
§         Pola Emosi Pada Masa Remaja
pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat, dan khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka. misalnya perlakuan sebagai “anak kecil” atau secara “tidak adil” membuat remaja sangat marah dibandingkan dengan hal-hal lain.
remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dan dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras mengeritik orang-orang yang menyebabkan amarah. remaja juga irihati terhadap orang yang memiliki benda lebih banyak. ia tidak mengeluh  dan menyesali diri sendiri, seperti yang dilakukan anak-anak. remaja suka bekerja sambilan agar dapat memperoleh uang untuk membeli barang yang diinginkan atau bila perlu berhenti sekolah untuk mendapatkannya.
§         Kematangan Emosi
bila remaja ingin mencapai kematangan emosi, ia juga harus belajar mengguanakan Katarsisi Emosi untuk menyalurkan emosinya. adapun cara yang dapat dilakukan adalah latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja, tertawa atau menangis. meskipun cara-cara ini dapat menyalurkan gejolak emosi yang timbul karena usaha pengendalian ungkapan emosi, namun sikap social terhadap prilaku menangis adalah kurang baik dibandingkan dengan sikap social tertawa, kecuali bila tertawa hanya dilakukan bila mana memperoleh dukungan social.

4.    Emosi Pada Masa Usia Dewasa.
sekitar awal atau pertengahan umur tiga puluhan, kebanyakan orang muda telah mampu memecahkan masalah-masalah mereka dengan cukup baik sehingga menjadi stabil dan tenang secara emosional. apabila emosi yang menggelora yang merupakan ciri tahun-tahun awal kecerdasan masih tetap kuat pada usia tigapuluhan, maka hal ini merupakan tanda bahwa penyesuaian diri pada kehidupan orang-orang dewasa belum terlaksana secara memuaskan.
apabila ketegangan emosi terus berlanjut sampai usia tigapuluhan, hal itu nampak dalam bentuk keresahan. apa yang diresahkan orang-orang muda itu tergantung dari masalah-masalah penyesuaian diri yang harus dihadapi saat itu dan berhasil tidaknya mereka dalam upaya penyelesaian itu. kekhawatiran-kekhawatiran utama mungkin terpusat pada pekerjaan mereka, karena mereka merasa bahwa mereka tidak mengalami kemejuan secepat yang mereka harapkan.

5.    Emosi Pada Masa Usia Madya.
tingkat emosi seseorang merupakan criteria yang digunakan untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam menyesuaikan dirinya dengan masa usia madya. artinya seberapa tegang ia menghadapi usia madya. seperti yang diungkapkan oleh Billig dan Adams : “ada peningkatan kesadaran tentang perasaan aman dan kecemasan yang timbul pada usia madya” . menurut mereka ketegangan yang dialami pada usia madya, misalnya, dapat diwujudkan dalam berbagai cara. cara yang paling umum adalah dalam bentuk konflik dengan anggota keluarga dan kecenderungan untuk lebih menuntut mereka, misalnya menuntut bawahan untuk bekerja keras, sangat mendewa-dewakan pola prilaku yang nampak muda, terutama dalam melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis yang lebih muda, serta kecemasan yang runtut.
orang pada usia madya juga mempunayai tingkat kecemasan yang lebih besar dari pada orang yang lebih muda. ada beberapa bukti bahwa ketegaangan emosional lebih sering terjadi selama masa usia madya dini daripada masa setelahnya. hal ini dapat dijelaskan melalui fakta bahwa selama usia empat puluhan terjadi perubahan dalam pola hidup, perubahan peran dan perubahan konsep diri yang diakibatkan oleh perubahan peran dan perubahan fisik yang datang dengan tiba-tiba. walaupun perubahan selalu sulit terjadi dan biasanya disertai dengan ketegangan, yang mengganggu dan merangang emosi yang dapat memperlakukannya secara tepat.
pada pertengahan usia limapuluhan, individu pada umumnya dapat melakukan penyesuaian diri dengan masa usia madya dengan cukup baik, dan tidak merasa kecewa lagi dengan statusnya . orang sudah dapat menyesuaikan diri dengan perannya, keinginannya, dan kegiatannya yang telah disesuaikan dengan perubahan fisik dan mentak yang dijalaninya. karena itu kehidupan dapat berjalandengan mulus sampai mencapai usia lanjut. sejalan dengan menurunnya perasaan khawatir pada bagian akhir dari masa usia madya, seseorang dapat bersikap lebih lembut , dengan demikian menjadi lebih bahagia.

6.    Emosi Pada Masa Lanjut Usia.
criteria yang dapat dipergunakan untuk menilai macam penyesuaian yang dilakukan oleh orang yang berusia lanjut adalah berbagai perubahan yang berkaitan dengan prilaku emosional. berbagai penelitian tentang orang-orang berusia lanjut menunjukan bahwa mereka cenderung menjadi apatis dalam kehidupan. mereka kurang responsive dibandingkan ketika masih muda, dan kurang antusias. secara khusus respon-respon emosional mereka lebih spesifik, kurang bervariasi, dan kurang mengena pada suatu peristiwa daripada orang orang muda. tanda-tanda kemunduran dalam prilaku emosional; seperti sifat-sifat yang negative, mudah marah, sifat buruk yang biasa terdapat pada anak-anak.
umumnya orang yang berusia lanjut kurang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan kehangatan dan perasaan secara spontan terhadap orang lain. mereka menjadi kikir dalam kasih sayang. semakin orang-orang berusia lanjut menutup diri, semakin pasif pula prilaku emosional mereka.
rasa kasih sayang dari usia lanjut kurang kuat dibandinkan pada saat muda dulu, sedangkan perasaan emosional menjadi semakin kuat. sebagai contoh orang berusia lanjut cenderung mudah marah, suka bertengkar, berfikir aneh, dan tidak dapat akur. perasaan ketakutan dan kecemasan, ketidakpuasan dan kekecewaan, serta perasaan tersiksa merupakan hal yang lebih umum terjadi daripada perasaan perasaan yang lebih menyenangkan.
untuk mengobati gangguan emosional bagi orang yang makin tua usiannya memerlukan waktu yang lebih lama. orang yang berusia lanjut tidak memiliki penyaluran energi emosional sehingga mereka menjadi cemas dan tertekan untuk waktu yang lama.
Diketik Ulang Oleh Pendi ardiansyah
kepustakaan :
Hurlock, Elizabeth B . 1997 . Psikologi Perkembangan Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentan kehidupan . Jakarta :
Erlangga

No comments:
Write komentar

Klik & Subscribe Ya..

Translate