Friday, July 8, 2011

Sekilas Diare

 

Program Diare
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yaitu untuk tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Tujuan pembangunan kesehatan telah ditetapkan dalam UU RI No. 23 tahun 1992 pasal 3 yaitu pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Dep.Kes RI, 2003).
Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat diwujudkan dengan diselenggarakannya upaya-upaya kesehatan yaitu: upaya pendekatan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Noor, 2000).
Upaya-upaya kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan Aktualisasi Indonesia Sehat 2010 pelaksanaannya di tingkat kabupaten atau kota. Dengan visi sebagai sebuah gambaran masa depan yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan memiliki perilaku hidup yang sehat, serta kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil, merata, sehingga akan memiliki derajat kesehatan setinggi– tingginya (Ahmadi, 2004).
Upaya untuk memiliki derajat kesehatan yang setingi-tingginya, dapat dicapai melalui Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) baik di tingkat pusat, propinsi, kabupaten / kota bahkan sampai pada tingkat unit pelayanan kesehatan dasar (puskesmas) merupakan upaya implementasi untuk pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Salah satu upaya implementasi tersebut adalah Program Pemberantasan Penyakit Diare (Dep.Kes RI, 2003).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak khususnya terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Dari sekitar 4 miliar kasus diare di dunia pada tahun 1996, terdapat 2,5 juta kasus berakhir dengan kematian dan sebagian besar (lebih dari 90%) terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 80% kematian akibat diare tersebut terjadi pada anak di bawah usia dua tahun. Secara umum kematian akibat diare pada anak di dunia mencapai 42.000 per minggu, 6.000 per hari, 4 per menit, dan 1 kematian setiap 14 detik (WHO, 2000).
Di Indonesia sendiri, angka kematian pada anak akibat diare masih cukup tinggi meski sudah ada penurunan jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2005, baik di Jawa-Bali maupun di luar Jawa-Bali, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada anak setelah pnemonia. Berdasarkan laporan kader dan fasilitator kesehatan pada tahun 2005, angka kematian diare pada penduduk umum mencapai 23,57 per 1.000 penduduk (Dep.Kes RI, 2005).
Pada tahun 2005 Dinas Kesehatan Jawa Barat menyatakan bahwa penderita diperkirakan mencapai 11,8 juta orang. Hasil survei yang dilakukan dan laporan yang masuk, penderita diare pada usia lebih dari 5 tahun ditemukan sebanyak 420 ribu orang atau (44,3%). Kemudian, penderita usia 1-4 tahun sebanyak 144 ribu anak (34,2%) dan untuk golongan umur kurang dari 1 tahun sekira 88 ribu anak (21,5%) jika tidak segera ditangani diare bisa menyebabkan kematian. Penderita paling banyak meninggal dunia karena diare selama ini, berasal dari golongan umur kurang dari 1 tahun yaitu mencapai 65 ribu anak (Dep.Kes RI, 2006).
Berdasarkan Surveilen Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan terjadi peningkatan penderita diare. Pada tahun 2005 hanya berjumlah 6.958 orang meningkat menjadi 16.387 orang atau 42% pada tahun 2006. Selanjutnya, pada tahun 2007 berjumlah 25.275 orang atau meningkat 64% dari tahun 2006 (Rekapitulasi STP. DinKes Kuningan, 2008).
Angka penyebaran kasus penyakit diare dari 37 Puskesmas yang terdapat di Kabupaten Kuningan tertingi adalah di UPTD Puskesmas DTP Darma dengan jumlah 1.749 orang. Data tersebut dipeloleh dari hasil rekapitulasi Surveilen Terpadu setiap puskesmas tahun 2007 Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan (Dinkes. Kuningan, 2008).
UPTD Puskesmas DTP Darma adalah salah satu puskesmas yang terdapat di wilayah Kabupaten Kuningan. Secara geografis UPTD Puskesmas DTP Darma terletak di Desa Darma Kecamatan Darma. Keberadaannya sangat strategis karena letaknya bersebelahan dengan Objek Wisata Waduk Darma sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat setempat (Profil UPTD Puskesmas DTP Darma, 2007).
Sebagai salah satu pusat kesehatan masyarakat yang memiliki DTP (Dengan Tempat Perawatan), Puskesmas Darma memiliki peranan besar dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya. Kecamatan Darma terdiri atas 19 desa dengan jumlah penduduknya pada tahun 2005 sekitar 47.398 jiwa. Jumlah balita pada tahun 2008 sebanyak 1.045 balita atau sekitar (2,20%) dari jumlah penduduk. Kaitan dengan kasus diare berdasarkan catatan laporan kunjungan masyarakat Ke Puskesmas tahun 2007 sebayak 636 kasus diare terjadi pada balita (Prog. P2 Diare. Puskesmas Darma, 2008).
Penyakit Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja (Mansjoer, 2000). Pada umumnya penyakit diare sering terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya tampak sehat. Gejalanya terjadi peningkatan buang air besar (BAB) tiga kali atau lebih per hari disertai perubahan tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah. Hal ini karena secara fisiologis sistem pencernaan pada balita belum cukup matur (organ-organnya belum matang), sehingga rentan sekali terkena penyakit saluran pencernaan. Penyakit saluran pencernaan ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan amoeba atau parasit melalui makanan yang masuk ke dalam tubuh dan juga mal absorpsi serta alergi zat makanan tertentu (Markum, 1998).
Gejala penyerta lain dari diare pada anak balita biasanya ditandai anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun sampai tidak ada nafsu makan. Muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare karena lambung turut meradang akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila anak balita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit akan terjadi dehidrasi. Akibatnya yaitu berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun – ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah, 1997).
Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan dehidrasi berat dengan rata – rata kehilangan cairan sebanyak 12,5%. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai soporokomateus). Akibat dari diare adalah oliguria atau anuria dan asidosis metabolik. Bila sudah terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat dengan pernapasan yang cepat dan dalam atau pernapasan Kussmaul (Mansjoer, 2001).
Akibat kehilangan banyak cairan dan elektrolit yang terjadi dalam waktu 24 jam dapat timbul ganguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok). Selain itu, akan terjadi Gangguan gizi akibat kehilangan air dan kurangnya masukan makanan. Adapun Hipoglikemi terjadi karena habisnya persediaan glikogen di dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan kejang, stupor sampai koma. Bahkan, sampai terjadi kematian apabila lalai dalam menangani dehidrasi tersebut (Garna, 2000).
Kematian yang diakibatkan oleh diare lebih sering karena tubuh mengalami dehidrasi, yaitu gejala kekurangan cairan dan elektrolit. Tanda-tanda dehidrasi diantaranya anak memperlihatkan gejala kehausan, berat badan turun, dan elastisitas kulit berkurang. Ini bisa dilakukan dengan cara mencubit kulit dinding perut. Bila terjadi dehidrasi, maka kulit dinding perut akan lebih lama kembali pulih (Siswono, 2001).
Orang tua suatu saat mungkin akan dihadapkan pada kegawatan anak yang terjadi tiba-tiba tanpa tanda-tanda khusus sebelumnya. Bila penyebabnya diketahui dan sarana medis tersedia lengkap, maka kegawatan tersebut dapat segera tertolong. Akan tetapi, jika terjadi sebaliknya maka dapat mengancam jiwa anak tersebut. Untuk mencegah hal tersebut, alangkah baiknya jika orang tua dan masyarakat mengetahui sedini mungkin pertolongan pertama yang seharusnya dilakukan sebelum dibawa ke rumah sakit terdekat (Firmansyah, 2007).
Sebagai upaya pertolongan pertama di rumah dalam menangani balita yang terkena diare supaya tidak terjadi dehidrasi dapat dengan cara memberikan minum air putih yang dimasak atau oralit dan mempertahankan rehidrasi (Dep.Kes.RI, 1999).
Pencegahan diare yang seharusnya dilakukan oleh keluarga adalah: pengolahan makanan yang dimasak dengan baik agar tidak terjadi kontaminasi, air minum bersih dari sumber air yang terjaga kebersihannya setelah dimasak, mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, sebelum makan dan sebelum menyiapkan makanan, menggunakan jamban untuk anak kecil saat buang tinja atau menguburnya, mempertahankan pemberian ASI apabila balita masih menyusui sebagai pengganti nutrisi. Hal-hal tersebut penting dilakukan di tengah-tengah keluarga karena peran keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan merupakan bagian dari tangung jawab orang tua (Effendy, 1998).
Angka kejadian diare yang seharusnya tidak terjadi seandainya orang tua khususnya ibu mengetahui bagaimana penatalaksanaan apabila balitanya diare. Salah satu resiko yang ikut berperan dalam timbulnya diare kebanyakan karena kurangnya pengetahuan ibu dalam hal higiene yang kurang, baik perorangan maupun lingkungan, pola pemberian makanan, sosio ekonomi dan sosio budaya. Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif. Jika salah satu anggota keluarga sakit maka semua anggota keluarga menjadi ikut berpengaruh. Orang yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kesehatan anak salah satunya adalah ibu karena ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak dan bertanggung jawab dalam merawat anaknya. Dengan demikian pengetahuan ibu tentang diare secara tidak langsung berpengaruh terhadap penurunan angka kejadian diare (Friedman, 1998).
Peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan dan pencegahan terhadap diare diperlukan suatu pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan prilaku tetapi mempunyai hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya perubahan perilaku akan cepat (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan dan pencegahan penyakit diare pada balita dapat ditingkatkan melalui berbagai penyuluhan mengenai diare. Hal ini, merupakan salah satu peran perawat sebagai pendidik (Healt Education) dalam memberikan pendidikan kesehatan (promosi kesehatan) kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan, antara sesama perawat atau tenaga kesehatan lain (Gaffar, 1999)
Penyuluhan atau pendidikan kesehatan khususnya tentang penatalaksanaan diare pada balita ditujukan agar orang tua (ibu) dari balita mengetahui apa itu diare, tanda – tanda diare, akibat yang ditimbulkan oleh diare dan mampu melakukan pertolongan pertama pada penderita diare, sebelum dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pertolongan medis, guna menurunkan angka kematian balita akibat diare (Supartini, 2004).
Berdasarkan latar belakang di atas dan data yang diperoleh dari Tempat Perawatan UPTD Puskesmas Darma pada tanggal 17 Maret 2008 selama enam bulan terakhir terdapat 24 balita yang mengalami diare. Rata-rata balita yang dibawa ke Puskesmas sudah dalam keadaan dehidrasi, karena ketidaktahuan orang tua (ibu) tentang penanganan dehidrasi pada balita yang terkena diare. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang diwujudkan dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Penyakit Diare Pada Balita Di UPTD Puskesmas DTP Darma.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah di uraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :“ Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang penatalaksaan penyakit diare pada balita di UPTD Puskesmas DTP Darma Kabupaten Kuningan ?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan penyakit diare pada balita di UPTD Puskesmas DTP Darma Tahun 2008
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang pengertian diare pada balita di UPTD Puskesmas DTP Darma.
b. Untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang tanda dan gejala diare pada balita di UPTD Puskesmas DTP Darma.
c. Untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang komplikasi yang ditimbulkan diare pada balita di UPTD Puskesmas DTP Darma.
d. Untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan dan rehidrasi cairan akibat diare pada balita di UPTD Puskesmas DTP Darma.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu mengkaji sejauh mana pengetahuan ibu tentang penyakit diare dan penatalaksanaanya pada balita di UPTD Puskesmas DTP Darma Kabupaten Kuningan tahun 2008. Sasaran dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita usia 1-4 tahun.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini bagi:
1. Dinas Kesehatan
Dapat memberikan informasi kepada Kepala Dinas Kesehatan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatan program P2ML dan Penyuluhan tentang diare pada balita guna membantu menurunkan angka kejadian diare khususnya di UPTD Puskesmas DTP Darma.

2. Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi kepada Kepala Puskesmas dan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan mutu pelayanan puskesmas salah satunya upaya peningkatan program P2 Diare dan Penkes mengenai pencegahan, perawatan, dan penatalaksanan penyakit diare guna menurunkan angka kesakitan dan kematian balita akibat diare khususnya di wilayah UPTD Puskesmas DTP Darma Kabupaten Kuningan.
3. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini di harapakan menjadi bahan masukan bagi disiplin ilmu keperawatan dalam mengembangkan keilmuan khususnya ilmu keperawatan komunitas dan keperawatan anak, agar para mahasiswa ilmu keperawatan dapat mengetahui penatalaksanaan diare pada balita serta perannya sebagai seorang perawat yaitu memberikan penkes (pendidikan kesehatan), mempromosikan dan pencegahan (prevenitif) penyakit diare.
4. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai pencegahan dan penanggulangan penyakit diare dalam rangka menurunkan angka kesakitan akibat diare.
F. Definisi Konseptual dan Operasional
1. Definisi Konseptual
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behaviour (Notoatmodjo, 2007).
b. Diare
Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi atau anak dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah (Markum, 1999).
c. Penatalaksanaan Diare
Prinsip penatalaksanaan pada penderita diare menurut Depkes.RI (2003) adalah :
1) Mencegah Terjadinya Dehidrasi
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan melalui dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajin, kuah sayur dan air putih.
2) Mengatasi Dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada Balita ), penderita harus segera dibawa ke petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat (penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan terapi oral).
3) Memberikan Makanan
Berikan makanan selama serangan diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama bayi dan balita agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI.
4) Mengatasi Masalah Lain
Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
d. Balita
Dari kepustakaan terdapat berbagai pendapat mengenai pembagian tahap-tahap tumbuh kembang anak. Berdasakan hasil Rapat Kerja UKK Pediatri Sosial di Jakarta, bulan Oktober tahun 1986 menyatakan pengertian balita adalah anak yang telah melewati masa bayi, pasca bayi (infant) toodler dan preschool (Soetjiningsih, 2000). Dalam penelitian ini yang menjadi bahan penelitian anak balita yang telah berusia 1-4 tahun.
2. Definisi Operasional
Tabel.1 Definisi Operasional
No. Variabel Sub Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1 Pengetahuan Ibu tentang penatalaksanaan penyakit diare pada balita
a. Pengetahuan tentang pengertian diare
b. Pengetahuan tentang tanda dan gejala
c. Pengetahuan tentang komplikasi yang ditimbulkan
d. Penatalaksanaan dan rehidrasi akibat diare.
Pengertian tentang diare dan segala yang diketahui oleh ibu yang berada di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Darma, mengenai penyakit diare serta tindakan yang dilakukan dalam menangani diare diantaranya: mencegah terjadinya dehidrasi, mengobati dehidrasi, memberikan makanan, dan mengobati masalah lain.
Pemahaman ibu yang berada di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Darma mengenai pengertian dari diare atau buang air besar encer lebih dari 4 kali sehari.
Ibu yang berada di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Darma mengetahui dan memahami Tanda dan gejala diare antara lain : Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan timbul diare.Tinja cair, disertai lendir atau lendir dan darah. Biasanya bab lebih dari 4 kali
Ibu yang berada di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Darma mengetahui dan memahami tanda-tanda kehilangan cairan dan elektrolit atau Dehidrasi (ringan, sedang dan berat) pada saat balitanya diare.
Pengetahuan tentang Cara-cara yang dilakukan ibu yang berada di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Darma dalam mengatasi dan penanggulangan diare pada balita di rumah, misalnya memberikan minum dan memberi ASI. Kuesioner dengan
pertanyaan multiple
choice
P= f x 100%
N
P = Persentase
f = Jumlah pertanyaan yang dijawab benar
N = Jumlah pertanyaan untuk pembahasan hasil.
(Arikunto, 1998)
Baik : 75% - 100%
Cukup : 45 %-74%
Kurang: 0,3 maka item dinyatakan valid, sedangkan jika (r) < 0,3 item tidak valid (Notoatmodjo, 2005).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Menurut Arikunto (2002), teknik uji reliabilitas yang di gunakan untuk instrumen pengetahuan yang berupa skor dikotomi, Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus K – R 20 (Kuder dan Richardson) yaitu :
Keterangan:
r11 = realibilitas instrumen
K = banyaknya butir pertanyaan
Vt = varians total
P = proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir (proprsi subjek yang mendapat skor 1)
p = banyaknya subjek yang skornya 1
N
q = proporsi subjek yang mendapat skor 0
(q = 1- p )
(Arikunto, 2002)
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diambil secara langsung dari responden dengan menggunakan metode kuesioner. Sebelum mengisi kuesioner responden diberi penjelasan terlebih dahulu dan diminta kesediaannya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan (Notoatmojo, 2005).
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh sebagai pendukung hasil penelitian, sumber data sekunder diperoleh dari catatan, literatur, artikel dan tulisan ilmiah yang relevan dengan topik penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2005).
F. Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Sebelum dilakukan pengolahan data, variabel pengetahuan diberi skor sesuai dengan bobot jawaban dari pertanyaan yang disediakan pengolahan data yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Editing
Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan jawaban kuesioner dan penyesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan penelitian. Hal ini dilakukan dilapangan sehingga apabila terdapat data yang meragukan ataupun salah, maka dapat ditanyakan lagi kepada responden.
b. Coding
Mengkode data merupakan kegiatan mengklasifikasi data memberi kode untuk masing-masing kelas terhadap data yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa kelengkapan.
c. Scoring
Pertanyaan yang diberi skor hanya pertanyaan tentang diare. Tahap ini meliputi nilai untuk masing-masing pertanyaan dan penjumlahan hasil scoring dari semua pertanyaan.
d. Entry
Data yang sudah diberi kode kemudian dimasukan ke dalam komputer adapun program yang digunakan adalah SPSS.
e. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti.
f. Tabulating
Tabulasi data yang telah lengkap disusun sesuai dengan variabel yang dibutuhkan lalu dimasukan kedalam tabel distribusi frekuensi. Setelah diperoleh hasil dengan cara perhitungan, kemudian nilai tersebut dimasukan ke dalam kategori nilai yang telah dibuat.
2. Analisa Data
Adapun data dianalisa secara univariat. Analisis univariat dimaksudkan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel - variabel yang diamati. Data yang diperoleh dikumpulkan, pertanyaan yang dijawab dengan benar diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. Kemudian dituangkan kedalam bentuk tabel dengan perhitungan analisis.
Menurut Arikunto (1998) :
Keterangan :
P = Persentase
f = Jumlah pertanyaan yang dijawab benar
N = Jumlah semua pertanyaan untuk pembahasan hasil, dikonfirmasikan ke dalam kriteria kualitatif menurut Arikunto (1998) adalah:
1. Baik : Apabila pertanyaan di jawab dengan benar oleh responden dengan persentase 75% -100%.
2. Cukup : Apabila pertanyaan di jawab dengan benar oleh responden dengan persentase 45% -74%.
3. Kurang : Apabila pertanyaan di jawab dengan benar oleh responden dengan persentase < 44%.
G. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Menentukan masalah
b. Memilih lahan penelitian
c. Melakukan studi pendahuluan
d. Menyusun proposal
e. Seminar proposal
2. Tahap Pelaksanaan
a. Izin penelitian
b. Mendapatkan informed consent dari responden
c. Melakukan pengumpulan data
d. Melakukan pengolahan dan analisa data
3. Tahap Akhir
a. Menyusun laporan hasil penelitian
b. Sidang atau presentasi hasil penelitian.
H. Etika Penelitian
Peneliti menjamin hak-hak responden dengan terlebih dahulu melakukan informed consent sebelum mengisi kuesioner. Responden berhak menolak atau tidak bersedia menjadi subjek penelitian dan selama penelitian responden dijamin kerahasiaannya.
I. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 Mei sampai 14 Juni Tahun 2008 di UPTD Puskesmas DTP Darma Kabupaten Kuningan.

Ditulis ulang Pendi ardiansyah
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Artikel, 2005, Diare Pada Anak. http//,www.detailartikel.com (04/3/2005).
Awangga, S.N. 2007. Desain Proposal Penelitian . Yogyakarta : Pyramid Publisher.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1999. Penatalaksanaan Penderita Diare, Ditjen PPM & PLP. Jakarta
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. 2006. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. 2008. Surveilen Terpadu Berbasis Penyakit Setiap Puskesmas (STP).
Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
Gaffar, Jumadi. L.O. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.
Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke dua.Bandung : FKU Padjadjaran.
Hidayat, Alimul.A.A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.
Irianto, Kus. Drs. 2004. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung : Yrama Widya.
Laksman, Hendra, T. Dr. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambaran.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.
Markum. 1998. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Ajar Jilid 1, Bagian Kesehatan Anak , Fakultas UI, Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Shelov, Steven P dan Hannemann, Robert E. 2004. Panduan Lengkap Perawatan Bayi Dan Balita. The American Academy Of Pediatrics.
Jakarta : ARCAN.


No comments:
Write komentar

Klik & Subscribe Ya..

Translate