1.
Penyapihan Dini
Ada berbagai pendapat mengenai hubungan antara dot dan inisiasi
serta durasi menyusui. Satu hipotesis menunjukan bahwa pengenalan dot secara
awal dapat menyebabkan teknik menghisap yang salah pada bayi. Bayi mungkin
menjadi terbiasa dengan outing buatan dan menolak payadara alami. Akibatnya,
bayi kurang menyusu pada payudara ibunya, dan akhirnya akan menyebabkan
penyapihan secara dini.
Dari beberapa penelitian, penggunaan dot telah terbukti
mengakibatkan penyapihan dini pada bayi. Bayi menemukan kesenangan dengan
mengisap dot, sehingga tidak berselera lagi untuk menetek. Akibatnya rangsangan
hisapan bayi ke putting sus berkurang sehingga produksi ASI akan menurun.
Pendapat yang berbeda dari schubger dan Tonz (1997), yang meneliti efek
penggunaan dot pada 602 bayi sehat, menyebutkan bahwa pengguna dot sampai hari
pertama kehidupan bayi, tidak memiliki korelasi dengan menurunya.
Apabila dibandingkan antara bayi yang menggunakan dot ( baik terus
menerus maupun kadang-kadang) dengan bayi yang hanya menetek saja, ternyata
bayi yang hanya menetek saja mempunyai proporsi menetek yang lebih lama (
sumber: Victoria, 1997)
Frekuensi singkatnya durasi menetek. Howard dkk (1999), menambahkan
bahwa menurunnya durasi menetek, lebih berhubungan dengan menurunya pemberian
ASI daripada pengguna dot. Kremer dkk. (2001), menyimpulkan bahwa pengguna dot
dan hubungannya dengan penyapihan dini ternyata lebih berkaitan dengan adat
kebiasaan, motivasi dan factor psikologis. Menurut Kornborg & vaeth (2009)
penggunaan dot tidak berhubungan langsung dengan penyapihan dini, karena durasi
pemberian ASI lebih sering berkaitan dengan cara dan tehnik dalam proses
menyusui.
2.
Infeksi
Penggunaan dot seing dihubngan dengan meningginya kejadian infeksi
pada bayi karena tranmisi mikroorganisme pathogen, antara lain timbulnya otitis
media, thrush, diare, dan infeksi saluran nafas. Otitis media akut (OMA) adalah
salah satu infeksi yang paling umum terjadi pada masa kana-kanak, bebrapa
faktir resiko untuk OMA telah terindentifikasi. Resiko terkena OMA berbanding
terbalik dengan frekuensi megnyusui dan memiliki korelasi positif dengan
infeksi saluran pernafasan atas, jumlah saudara kandung, dan orang tua perokok.
Beberapa penelitian melaporakan terjadinya peningkatan insidensi OMA dihubungan
dengan pengguna dot. Hal ini mungkin berhubungan dengan ketidakseimbangan
tekanan antara rongga telinga tengah dan nasofaring,yang akan merusak fungsi
tuba Eustachius. Aktivitas menyedot yang terjadi ketika bayi mengepeng dapat
menarik cairan dari kerongkongan ke saluran tengah telinga. Hal ini menyebabkan
telinga bayi bias mudah terinfeksi bakteri. Teori lainnya adalah bayi bias
sakit akibat terpaparnya kuman yang mungkin ada dotnya.
3.
Maloklusi dan Karies Gigi
Dari penelitian fosil prasejarah, manusia jaman dahulu sangat jarang
mengalami maloklusi, maloklusi lebih sering didiapatkan pada era modrn.
Maloklusi disebabkan oleh dua hal, peyebab pertama adalah factor genentik, dan
penyebab maloklusi lainnya adalah factor lingkungan. Interaksi antara dua
factor penyebab ini dalam proses tumbuh kembang seorang anak untuk menjadi
maloklusi, sangat individual. Secara umum dkatakan bahwa penyebab utama dari
maloklusi adalah keturunan, kebiasaan bernafas lewat mulut, adenoiditis, serta pemakaian
dot/non nutritive sucking (NNS) yang berkepanjangan.
Penguuna dot yang berkepanjangan mempunyai korelasi yang kuat denga
n timbulnya maslah gigi, seperti karies gigi dan maloklusi. Dari beberpa penelitian terbukati ada
korelasi antara pengguna dot yang berkepanjangan ( 2 tahun atau lebih) dengan timbulnya karies.
Keadaan ini diperberat bila penggunaan dot
dilakukan sambil tidur (night feeding). Penelitian terhadap 150 Anak usia 18-36
bulan oleh Pereesini (2003), menyimpulkan bahawa terdapt korelasi yang
signifikan antara kebiasaan minum dot botol sambil tidur dengan timbulnya
karies serta kerusakan gigi.
Apabila hanya sesekali bayi mengepeng dan hanya sampai bayi berumur
1 tahun, maka tidak aka ada masalah dengan perkembangan giginya. Tapi jika bayi
adalah pengempeng aktif dan meskipun umurnya sduah lebih 1 tahun ia masih tidak
bias lepas dari dot, sebaiknya harus dilakukan usaha untuk segera menyapih si
kecil dari dotnya. Karean hal tersebuk
dapt membuat gigi-geliginya tumbuh tidak sebagaimana mestinya, meskipun
itu masih gigi susu, tetepi perkembangan akan menentukan pertumbuhan dan letak
susunan gigi permanen dikemudian hari. Makin lama penggunaan dot, akan makin
tinggi resiko kerusakna gigi. Demikian juga cairan manis dalam botol dot, ataupun
pemanis yang dioleskan padat dot/empeng, juga berperan untuk timbulnya
kerusakan gigi.
The American Dental association (2005), mengeluarkan rekomendasi
untuk tidak memberikan dot yang diberi pemanis, hal ini dimaksudkan untuk
menghidanri terjadinya karies.
4.
Efek menenangkan
Non – Nutritive sucking (NNS)/Ngepeng, atau menghisap tanpa minum
(susu atau cairan lainnya), adalah mekasnisme untuk menenteramkan/menenangkan
yang merupakan fenomena alami pada bayi. Menghisap ibu jari atau lainnya,
bahkan sudah dapt dilihat pada janin sejak usia 12 minggu, beberapa bayi baru
lahir kadang terdapat jejas di ibu jari atau jarinya, karena diempeng dalam
waktu masih dalam kandungan.
Janin yang biasa mengepeng ibu jari atau jari laiinya didalam
kandungan, ternyata setelah lahir juga mempunyai kebisaan yang sama. Terbukti
selain mengempeng ibu jari/jari lainnya. Setelah lahir mempunyai kebiasaan
untuk mengempeng dot. Penggunaan dot
sebagai NNS lebih dianjurkan daripada ibu jari, jari atau benda lain,
selain mudah disterilkan, secra umum ralatif mudah disapih.
Tidak seperti halnya bayi sehat, beberapa peneitian menyebutkan
bahwa NNS mempunyai peranan positif pada bayi kecil yang dirawat di NICU,
selain menenangkan dan memberi rasa nyaaman, NNN juga akan memperkuat otot-otot
mulut, sehingga memudahkan untuk proses pemberian minum oral setelah sebelumnya
menggunakan selang. Selain itu, terbukti bahwa penggunaan dot juga akan
memperpendek masa rawat.
5.
Sindrom Kematian Bayi Mendadak
( sudden Infant death syndrome/SIDS)
SIDS adalah kematian bayi sampai umur 1 tahun, yang terjadi mendadak
yang tidak diketahui, meskipun sudah dilakukan pemeriksaan klinis dan
laboratoris lengkap serta otopsi. Meskipun sebab yang pasti belum diketahui,
tetapi diduga factor berperan dalam terjadinya SIDS karena belum sempurnya
peran control autonomic system kardiorespirasi, serta gagalnya respon bangun
pada waktu bayi tidur.
Factor – factor yang dikaitkan dengan terjadinya SIDS adalah bayi
tidur dalam posisi tidur tengkurap, permukaan alas tidur yang sangat lembut,
ibu peroko, lingkungan yang panas, ibu tidak pernah atau jarang melakukan
perawatan antenatal, ibu hamil pada usia muda, bayi kurang bulan atau berat
lahir rendah, dan bayi laki-laki. Lebih serng terjadi pada bayi usia1-3 bulan.
Sejak tahun 1994, tahun dimulainy kampanye Back to Sleep, yaitu menempatan bayi
untuk selalu tidur terlentang, angka kejadian SIDS di Amerika Serikat menurun
dari 1.37.1000 kelahirn hidup tahun 1987 menjadi 0,57/1000 kelahiran hidup
tahun 2002. Demikian juga inggris (turun sampai 75 %) dan belanda (turun sampai
81 %).(
Tahun 1979, cozzi telah meneliti hubungan antara dot dan SIDS,
kemudian Mitchell dkk (1993), yang melaporkan bahwa pengguna dot dapat
menurunkan kemungkina terjadinya SIDS. Dari hasil meta analisis, hauck dkk. (2005)
menyimpulkan bahwa terdapat korelasi antara penggunaan dot dan menurunya resiko
terjadinya SIDS. Namun belum ada kejelasan tentang mekanisme peranan dot dalam
mencegah terjadinya SIDS.
Daftar Pustaka :
1.
Pacifer.diunduh dari:
http//en.wikipedia.org/wiki/pacifier diakes tanggal 28 April 2010
2.
Cornelius An, D’Aura JP, Wise
LM, Pacifer use: a review of seleteced parenting web sites. J pediatr health
care. 2008;3;159-65.
3.
Jenik AG, Vain N, The oacifer
debate, Earl hum dev. 2009;85;S89-91.
4.
O’connor NR, Tanabe KO, Siadaty
MS, Hauck FR, Pacifiers and Breastfeeding. Arch Pediatr Adolesc Med. 2009
;163:378-82.
5.
WABA. Word Breastfeeding Week
2010. 1-7 Agustus 2010
No comments:
Write komentar