23
Meret 2012 pertama kalinya saya mengunjungi situs ini dalam acara “Mengisi hari
libur dan sekaligus Survei jalan, Maklum Baru Pertama” stelah saya berumur
sekian tahun. Saya berangkat dari rumah sekitar pukul 07.00 wib pagi.
Saya berangkat berdua langsung kelokasi derngan menggunakan kendaraan roda dua(Sepeda motor) masing-masing, tujuan supaya nanti kesana lagi tidak lupa kalau bawa kendaraan pribadi karena arah menuju situs tersebut merupakan areal perkebunan teh dan karet. kemudian yang disayangkan adalah kurangnya arah petunjuk jalan hanya tempat tertentu yang dipasang jadi harus rajin-rajin bertanya kalau tidak mau kesasar terutama ketika kita menemukan tikungan pertigaan itu wajib dan harus bertanya. kami melewati dan menyelusuri jalan yang penuh dengan pepohonan yang indah terutama perkebunan teh, itu yang paling dominan disetiap pinggir-pinggirnya yang kami lewati, jalannya yang naik turun bulak belok dengan berbagai tikungan, agak sedikit licin karena ada genangan-genangan air bekas hujan yang ditengah-tengah jalan karena terdapat lobang dan agak terjal melewati bebatuan, yaa meskipun beberapa meter kami melewati aspal tapi beberapa meter kemudian kami menemukan lagi jalan bebataua, tapi semua itu saya nikmati dengan kendaraan kesayangan yang sudah menemani begitu lama kemanapun saya touring/menjelajah. Tidak perlu menguras waktu untuk mencapai tempat tersebut hanya 2/3 jam dari tempat saya bermukim. karena Situs Gunung Padang ini terletak di puncak sebuah bukit, kemudian untuk mencapainya dari dasar maka harus meniti tiap tangga yg terbuat dari tiang-tiang batuan yang ditidurkan. Jujur saya baru pertama sudah kelelahan, membuat dada agak sesak dan kaki pegal-pegal terutama di sendi. Akan tetapi kelelahan itu apalah artinya karena terbayar sudah dengan betapa indahnya dan menakjubkannya pemandangan di atas ke sekeliling bukit terutama pemandangan kebawah dan bangunan situs megalitiknya itu sendiri. Yang uniknya lagi dari situs megalitik Gunung Padang ini adalah adanya bilah-bilah batuan yang diperuntukkan sebagai alat musik, dari setiap ketukan nada-nadanya berbeda saya mengambil batu kecil dan memukul-mukulkannya ke alat musik batu ini, sangat menakjubkan dan luar biasa mendengar batu bisa punya dentingan yang tinggi dan teratur subhanallahhh……, Kemudian dapat dibayangkan pula bahwa manusia pada zaman dahulu kemungkinan ketika ingin mendengarkan sebuah musik mungkin seperti itu kali ya, tinggal diketuk/dipukul pakai batu lagi, akan tetapi menurut cerita nie, konon penduduk kampung di bawah situs ini masih suka mendengarkan riuh musik yang asalnya dari bukit ini terjadi pada malam-malam tertentu (tapi sayang gak disebutin malam apanya)
Saya berangkat berdua langsung kelokasi derngan menggunakan kendaraan roda dua(Sepeda motor) masing-masing, tujuan supaya nanti kesana lagi tidak lupa kalau bawa kendaraan pribadi karena arah menuju situs tersebut merupakan areal perkebunan teh dan karet. kemudian yang disayangkan adalah kurangnya arah petunjuk jalan hanya tempat tertentu yang dipasang jadi harus rajin-rajin bertanya kalau tidak mau kesasar terutama ketika kita menemukan tikungan pertigaan itu wajib dan harus bertanya. kami melewati dan menyelusuri jalan yang penuh dengan pepohonan yang indah terutama perkebunan teh, itu yang paling dominan disetiap pinggir-pinggirnya yang kami lewati, jalannya yang naik turun bulak belok dengan berbagai tikungan, agak sedikit licin karena ada genangan-genangan air bekas hujan yang ditengah-tengah jalan karena terdapat lobang dan agak terjal melewati bebatuan, yaa meskipun beberapa meter kami melewati aspal tapi beberapa meter kemudian kami menemukan lagi jalan bebataua, tapi semua itu saya nikmati dengan kendaraan kesayangan yang sudah menemani begitu lama kemanapun saya touring/menjelajah. Tidak perlu menguras waktu untuk mencapai tempat tersebut hanya 2/3 jam dari tempat saya bermukim. karena Situs Gunung Padang ini terletak di puncak sebuah bukit, kemudian untuk mencapainya dari dasar maka harus meniti tiap tangga yg terbuat dari tiang-tiang batuan yang ditidurkan. Jujur saya baru pertama sudah kelelahan, membuat dada agak sesak dan kaki pegal-pegal terutama di sendi. Akan tetapi kelelahan itu apalah artinya karena terbayar sudah dengan betapa indahnya dan menakjubkannya pemandangan di atas ke sekeliling bukit terutama pemandangan kebawah dan bangunan situs megalitiknya itu sendiri. Yang uniknya lagi dari situs megalitik Gunung Padang ini adalah adanya bilah-bilah batuan yang diperuntukkan sebagai alat musik, dari setiap ketukan nada-nadanya berbeda saya mengambil batu kecil dan memukul-mukulkannya ke alat musik batu ini, sangat menakjubkan dan luar biasa mendengar batu bisa punya dentingan yang tinggi dan teratur subhanallahhh……, Kemudian dapat dibayangkan pula bahwa manusia pada zaman dahulu kemungkinan ketika ingin mendengarkan sebuah musik mungkin seperti itu kali ya, tinggal diketuk/dipukul pakai batu lagi, akan tetapi menurut cerita nie, konon penduduk kampung di bawah situs ini masih suka mendengarkan riuh musik yang asalnya dari bukit ini terjadi pada malam-malam tertentu (tapi sayang gak disebutin malam apanya)
Oia
tapi selain yang unik tadi " bilah-bilah batuan yang diperuntukkan
sebagai alat musik " dari situs megalitik Gunung Padang ini ada juga,
berdasarkan informasi teman-teman yang pernah kesana dan pernah mencoba bahwa
ada batu dan konon lagi ceritanya kalau terangkat batu tersebut berarti apa
yang diinginkannya akan tercapai, ya meskipun keinginannya itu entah apa. teringat
cerita teman-temen sambil saya lagi duduk di bawah pohon sambil merasakan
sejuknya angin yang berhembus menghikngkan rasa gerah dan lelah. Ada beberapa
orang sama persis cerita seperti teman-temen, mereka sedang membicarakan batu tersebut bahwa ada sebuah batu kemudian Jika kita bisa
mengangkatnya keinginan kita bisa tercapai, sambil duduk saya tambah penasaran
dengan obrolan mereka serta cerita teman yang pernah ngasih informasi, saya
semakin penasaran apa sih namanya batu
tersebut dan dimana letaknya, kemudian tak selangwaktu lama setelah itu ada
beberapa orang mencoba menghampiri batu tersebut dengan ditemani seseorang yang
terlihat seperti penduduk asli/juru kunci, orang tersebut sambil menjelaskan
kenapa ada batu seperti ini dan apa namanya serta kenapa ada yang bisa mengangkat/ada
yang tdiak mengangkat, Setelah bapak tersebut menjelaskan secara garis besarnya
saja, ya meskipun cuma singkat saya cukup puas dan rasa penasaran itu terganti
ternyata batu yang dimaksud teman-temen
saya itu adalah “batu gendong” namanya. Secara bergantian mereka mencoba
mengangkat batu gendong tersebut dan memang ada yang bisa mengangkat dan ada
yang tidak biasa, lho koq bisa ? bisa-bisa saja akan tetapi itu semua entah
bagaimana apa memang orang tersebut pada dasarnya sudah kuat mengangat atau tidak itu kembali Kediri
masing-masing untuk untuk menilai bila perlu mendefinsikan/mengartikan semua
itu terutama dari segi agama itu kembali kepercayaannya masing-masing.
Berhubung
Hari ini jum’at saya tidak bisa lama-lama untuk menikmati keadaan dan pemandangan disana
karena waktu, saya harus siap-siap pulang akan tetapi meskipun tidak bisa lama
rasa lelah yang saya rasa setalah
menelusuri jalan dari bawah keatas itu teragnti dengan rasa keterpuasan karena
sudah menginjakan kaki disitus megalik Gunung Padang, terutama rasa penasaran
saya terhadap sebuah batu akhirnya terjawab sudah heheh….
Insyallah
kapan-kapan pasti saya akan kesana lagi dengan cerita baru serta pengalaman
yangbaru pula hehehe, Selam,at mencoba untuk berwisata keemtempat tersebut dan
saya jamin tidak rugi terutama ini adalah seuah situs yang sudah dikenal lama dari
jaman dalu
No comments:
Write komentar